Tampu Cidu: Sebuah Makam Bersejarah di Sinjai Timur

Tampu Cidu Sebuah Makam Bersejarah di Sinjai Timur

Tampu Cidu adalah sebuah makam yang terletak di Lingkungan Batu Lappa, Kelurahan Samataring, Kecamatan Sinjai Timur. Makam ini terkenal dengan sejarah dan prasasti yang ada di dalamnya.

Makam ini dibangun oleh Kompeni Belanda untuk menghormati seorang Arung bernama Bulo-Bulo Sanjai Ke-25 yang bergelar Arung Jumpandang. 

Namun, yang terkubur di sini hanya kerangka saja karena seluruh anggota tubuhnya yang lain telah hangus terbakar beserta anak-anak sulungnya, yaitu I Pawelloi dalam kebakaran rumahnya.

Sejarah Tampu Cidu

Tampu Cidu dibangun oleh Kompeni Belanda sebagai sebuah bentuk penghargaan terakhir untuk Arung Bulo-Bulo Sanjai Ke-25 yang bergelar Arung Jumpandang. Arung ini merupakan seorang pemimpin yang dihormati oleh rakyatnya karena kebijaksanaannya dalam memerintah. Dia juga dikenal sebagai seorang yang sangat percaya pada kekuatan adat dan budaya.

Baca Juga Perjanjian Topekkong: Sebuah Simbol Persatuan yang Tak Tergoyahkan

Arung Jumpandang adalah salah satu dari banyak Arung yang berada di wilayah Sinjai pada masa itu. Namun, Arung Jumpandang memiliki pengaruh yang sangat besar di antara mereka. Oleh karena itu, Kompeni Belanda memilihnya sebagai penerima penghargaan terakhir mereka.

Namun, kejadian tragis terjadi pada saat Arung Jumpandang meninggal dunia. Saat itu, rumahnya terbakar dan ia beserta anak-anak sulungnya, yaitu I Pawelloi, tewas terbakar. Hanya kerangka Arung Jumpandang yang berhasil diselamatkan dan dimakamkan di Tampu Cidu.

Di makam ini, terdapat sebuah prasasti yang bertuliskan aksara Lontara dan dipadukan dengan aksara Belanda. Isi prasasti tersebut adalah “Kunie Ri Lemme’ Abedule Gani Sibawa akkatuonna Arung Bulo-Bulo Sibawa Ananna La Pawelloi, Ompo’na Ullemme’ Akkitaung Nakipalatari Massalinri Ricirisi Bawatu”. Prasasti ini merupakan sebuah penghormatan terakhir untuk Arung Jumpandang.

Abdul Gani, Arung yang Disenangi Kompeni Belanda

Abdul Gani atau La Ganing adalah Arung yang paling disenangi oleh Kompeni Belanda karena berhasil menyelesaikan pekerjaan pembukaan jalan dari Bulo-Bulo hingga ke Appareng. Appareng adalah daerah perbatasan antara Bulukumpa dengan Bulo-Bulo. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan sangat cermat dan memakan waktu yang cukup lama.

Oleh karena itu, Kompeni Belanda memberikan penghargaan kepada Abdul Gani berupa sebuah prasasti yang terdapat di Tampu Cidu. Prasasti tersebut merupakan sebuah penghargaan untuk keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan pembukaan jalan tersebut.

Makna Tampu Cidu bagi masyarakat Sinjai sangatlah penting karena makam tersebut merupakan warisan sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan. 

Selain itu, Tampu Cidu juga menjadi saksi bisu dari sejarah perjuangan rakyat Sinjai dalam melawan penjajah Belanda. 

Dalam makam tersebut terdapat prasasti yang berisi tentang penghargaan terakhir dari kompeni Belanda kepada Arung Bulo-Bulo Sanjai ke-25 yang bernama Arung Jumpandang. 

Prasasti tersebut memberikan informasi tentang sejarah pembukaan jalan dari Bulo-Bulo hingga ke Appareng yang berhasil diselesaikan oleh Abdul Gani (La Ganing) sebagai Arung yang paling disenangi oleh kompeni Belanda. 

Selain itu, makam Tampu Cidu juga menjadi bukti bahwa Arung Jumpandang dan keluarganya yang telah berjuang untuk rakyat Sinjai tidak akan dilupakan.

Keberadaan Tampu Cidu juga memiliki nilai religi yang sangat penting bagi masyarakat Sinjai. Makam tersebut sering dijadikan tempat ziarah dan berdoa oleh masyarakat Sinjai yang memohon berkah dan perlindungan dari Arung Jumpandang. Selain itu, pada saat-saat tertentu seperti pada bulan Syawal, masyarakat Sinjai juga sering mengadakan upacara adat di Tampu Cidu sebagai bentuk penghormatan dan penghormatan kepada leluhur mereka.

Namun sayangnya, meskipun Tampu Cidu memiliki nilai sejarah dan religi yang sangat penting bagi masyarakat Sinjai, keberadaannya masih belum mendapat perhatian yang cukup dari pihak-pihak terkait. Makam tersebut masih belum terawat dengan baik dan perlu perhatian lebih dari pihak pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kelestariannya.

Maka, sebagai masyarakat Sinjai, kita harus sadar akan pentingnya menjaga keberadaan Tampu Cidu sebagai bagian dari sejarah dan budaya kita. Kita harus berupaya untuk melestarikan makam tersebut agar tetap menjadi saksi bisu dari perjuangan rakyat Sinjai dalam melawan penjajah Belanda.


LihatTutupKomentar